RI Siang Hari Mendidih Bak Neraka, Begini Penjelasan BMKG


 Jakarta, CNBC Indonesia - Cuaca terutama di siang hari, seperti pada hari Jumat (21/4/2023) hingga hari ini Sabtu (22/4/2023) terasa sangat panas. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memang telah mengimbau masyarakat Indonesia menggunakan tabir surya (sunscreen) karena tingginya indeks sinar ultraviolet (UV).


Usut punya usut, pada 20 Maret 2023, BMKG ternyata telah menyatakan, fenomena perubahan iklim makin mengkhawatirkan. Kondisi ini dimulai sejak 2016 saat Indonesia mencapai kategori suhu terpanas selama periode 1981-2020.

"Fenomena perubahan iklim makin mengkhawatirkan lho. Ini bisa dilihat dari maraknya bencana hidrometeorologi di dunia dan suhu udara yang lebih panas," dikutip dari akun twitter BMKG, Sabtu (20/4/2023).


Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Dwikorita Karnawati pada Maret 2023 itu juga telah menjelaskan bahwa 2016 merupakan tahun terpanas untuk Indonesia, dengan nilai anomali sebesar 0.8 °C sepanjang periode pengamatan 1981 hingga 2020.


Pada 2020 sendiri menempati urutan kedua tahun terpanas dengan nilai anomali sebesar 0.7 °C. Sedangkan 2019 berada di peringkat ketiga dengan nilai anomali sebesar 0.6 °C.

World Meteorological Organization (WMO) dalam State of the Climate 2022 yang terbit awal 2023 menyebutkan bahwa 2022 menempati peringkat ke-6 tahun terpanas dunia. Periode 2015-2022 menjadi 8 tahun terpanas dalam catatan WMO.


"Pada awal Desember 2020 juga menempatkan tahun 2016 sebagai tahun terpanas (peringkat pertama), dengan tahun 2020 sedang on-the-track menuju salah satu dari tiga tahun terpanas yang pernah dicatat," kata Dwikorita dikutip dari siaran pers BMKG.

Secara berurutan tahun-tahun terpanas adalah 2016, 2020, 2019, 2017, 2015, 2022, 2021, 2018. 2016 merupakan tahun dengan suhu global terpanas sepanjang catatan WMO dengan anomali sebesar 1,2°C terhadap periode revolusi industri.


Kondisi terpanas itu dipicu oleh tren pemanasan global yang diamplifikasi oleh kejadian anomali iklim El Nino.


Kondisi ini pula yang mengakibatkan lebih cepat mencairnya salju abadi di Puncak Jaya, Papua. Bila awalnya luasan salju abadi sekitar 200 km persegi, maka kini hanya menyisakan 2 km persegi atau tinggal 1% saja. Salju dan es abadi di Puncak Jaya sendiri merupakan keunikan yang dimiliki Indonesia, mengingat wilayah Nusantara beriklim tropis.


Lebih lanjut, Dwikorita mengatakan akibat perubahan iklim, kejadian-kejadian ekstrem lebih kerap terjadi, terutama kekeringan dan banjir.

Jika sebelumnya rentang waktu kejadian berkisar 50 - 100 tahun, maka kini rentang waktu menjadi semakin pendek atau frekuensinya semakin sering terjadi dengan intensitas yang lebih tinggi atau durasi yang semakin panjang.


"Contoh nyata di Indonesia adalah kemunculan siklon tropis Seroja yang mengakibatkan bencana banjir bandang dan longsor di Nusa Tenggara Timur (NTT) April 2021 lalu. Padahal fenomena siklon bisa dikatakan sangat jarang terjadi terbentuk di wilayah tropis seperti Indonesia. Namun, selama 10 tahun terakhir kejadian siklon tropis semakin sering terjadi," paparnya.



Belum ada Komentar untuk "RI Siang Hari Mendidih Bak Neraka, Begini Penjelasan BMKG"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel